Akhiri Musim Ini dengan Buruk, Tuchel Minta Pemain PSG Satukan Tujuan

PARIS – Paris Saint-Germain (PSG) mengakhiri musim 2018-2019 dengan meraih gelar juara Liga Prancis. Akan tetapi, performa PSG menurun drastis semenjak dipastikan meraih trofi Liga Prancis. Hal itu terbukti dari catatan empat kemenangan, dua hasil imbang dan menderita empat kekalahan yang diraih PSG dalam 10 laga terakhir musim ini.

Pelatih PSG, Thomas Tuchel, pun meminta para pemain asuhannya untuk meningkat secara keseluruhan. Selain meningkatkan performa, Tuchel juga meminta para pemain PSG untuk memiliki arah tujuan yang sama demi meningkatkan konsistensi permainan.

“Kami harus meningkat, itu jelas. Untuk menjadi kompetitif di level tertinggi, itu penting. Kami akan pergi ke satu arah, menunjukkannya kepada para pemain, kepada para penggemar. Kami menciptakan sesuatu, tetapi belum berakhir.,” ujar Tuchel, seperti yang dikutip dari Goal, Minggu (26/5/2019).

PSG (Foto: Twitter resmi PSG)

“Saya tahu kami harus terus maju, terus bekerja dan meningkatkan permainan kami. Beberapa pertandingan telah dimenangkan, bukan seperti yang Anda inginkan, bukan permainan yang ingin Anda mainkan,” lanjutnya.

“Memberi segalanya harus menjadi kebiasaan. Tapi saya tidak bisa mengubahnya sendirian. Sangat penting untuk menjadi sangat teguh terhadap prinsip permainan kami. Itu penting. Kami harus pergi ke arah yang sama,” tambahnya.

Thomas Tuchel (Foto: PSG)

Perfoma buruk dari PSG menjelang penutupan Liga Prancis musim ini membuat isu pemecatan Tuchel pun merebak kembali. Tuchel yang direkrut pada awal musim ini mulanya ditargetkan untuk menyapu bersih semua trofi.

Namun, target itu meleset karena PSG hanya mampu menyabet trofi Liga Prancis. Sementara itu, PSG gagal total di Piala Prancis, Piala Liga Prancis dan Liga Champions. Pengalaman terpahit PSG mungkin saat tersingkir di babak 16 besar Liga Champions musim ini dari Manchester United. Setelah unggul 2-0 di Old Trafford, PSG justru dibantai 1-3 Man United di kandangnya sendiri.

Kegagalan di Liga Champions bisa menjadi kunci pemecatan Tuchel oleh PSG. Sebab, trofi Liga Champions adalah incaran PSG dalam beberapa musim terakhir setelah begitu mendominasi kompetisi domestik Prancis. Salah satu nama yang santer dikaitkan dengan PSG untuk menggantikan Tuchel ialah Jose Mourinho. Pengalaman Mourinho yang sudah mengoleksi dua trofi Liga Champions diharapkan bisa membawa PSG berjaya di kompetisi terelite antarklub Eropa tersebut.

Siapa Pesepakbola Peraih Trofi Piala Dunia Terbanyak?

TAMPIL di Piala Dunia adalah impian seluruh pesepakbola di muka bumi ini. Akan tetapi, tidak semua berhasil merealisasikan keinginannya tersebut. Beberapa pemain atau eks pesepakbola hingga kini belum mampu menunaikan mimpinya tampil di Piala Dunia.

Beberapa di antaranya adalah Gareth Bale dan Ryan Giggs (Wales), George Weah (Liberia). Alfredo Di Stefano (Argentina-Spanyol) dan Eric Cantona (Prancis). Di saat nama-nama di atas harus meratapi nasib tak bisa tampil di Piala Dunia, hal berbeda dirasakan Edson Arantes do Nascimento atau yang biasa disapa Pele.

Eric Cantona

(Cantona tidak pernah tampil di Piala Dunia)

Bagaimana tidak, Pele tak hanya ambil bagian di kompetisi sepakbola terakbar tersebut, namun juga tercatat sebagai kolektor trofi Piala Dunia terbanyak. Dari empat kali kesempatan turun di Piala Dunia (1958, 1962, 1966 dan 1970) bersama Tim Nasional (Timnas) Brasil, tiga di antaranya berujung dengan gelar juara.

Hal itu dicapai Pele bersama Brasil pada 1958, 1962 dan 1970. Pada Piala Dunia 1958 yang digelar di Swedia, usia Pele memang belum genap 18 tahun. Akan tetapi, penyerang Santos itu keluar sebagai mesin gol Brasil.

Hanya dari empat penampilan di Piala Dunia 1958, Pele mengemas enam gol. Bahkan, Pele mencetak dua gol saat Brasil mengalahkan tuan rumah Swedia 5-2 di final. Kemudian, di Piala Dunia 1962 yang berlangsung di Cile, Pele gagal mengulangi performa terbaik layaknya di edisi 1958.

Setelah tampil di dua laga fase grup, Pele mengalami cedera hamstring jelang melakoni pertandingan pamungkas di babak penyisihan. Alhasil, Pele tak bisa ambil bagian saat Brasil mengalahkan Cekoslovakia 3-1 di final Piala Dunia 1962.

Infografis Pele

Usai Brasil gagal total di Piala Dunia 1966 yang dilangsungkan di Inggris (Brasil terhenti di fase grup), Pele dan Selecao –julukan Brasil– bangkit di edisi 1970 yang digelar di Meksiko. Dari enam pertandingan di Piala Dunia 1970, Pele mencetak empat gol.

Salah satu gol Pele dicetak saat Brasil menang 4-1 atas Italia di partai puncak. Melihat deretan trofi di atas, Pele pun menyandang status sebagai pemain terbaik dunia abad ke-20, versi International Federation of Football History & Statistics (IFFHS).

Demi Gelar Juara, Dortmund Takkan Lagi Jual Pemainnya ke Bayern Munich

DORTMUND – Borussia Dortmund gagal menjadi jawara Liga Jerman 2018-2019. Padahal Dortmund sempat memimpin cukup jauh di awal musim, namun di pertengahan performa mereka mulai menurun hingga akhirnya kalah dari Bayern Munich dalam hal perebutan gelar juara kompetisi tersebut.

Dortmund kalah dua poin saja dari Bayern yang sukses menjadi juara Liga Jerman 2018-2019. Tentu fakta tersebut cukup membuat para pemain Dortmund merasa kecewa. Akan tetapi, tampaknya di musim depan Dortmund bakal siap bersaing kembali dengan Bayern untuk memperebutkan gelar juara Liga Jerman 2019-2020.

Borussia Dortmund

Saking niatnya, menurut laporan Sportbible, Kamis (23/5/2019), Dortmund takkan menjual para pemainnya ke Bayern. Die Borussen –julukan Dortmund– tak ingin pemain-pemain andalan mereka diambil oleh Bayern lagi.

Para petinggi Dortmund dikabarkan sudah sepakat untuk tak menjual pemain-pemainnya ke Bayern karena ingin menjadi pesaing utama di Liga Jerman musim depan. Seperti yang diketahui, Bayern memang kerap kali membeli para pemain hebat di beberapa klub Liga Jerman, dan salah satunya Dortmund. Karena hal itu, Bayern pun menjadi klub yang sangat kuat dan sulit dikalahkan di Liga Jerman.

Borussia Dortmund

Nama-nama seperti Robert Lewandowski dan Mats Hummels adalah bekas pemain Dortmund yang sangat sukses di Bayern. Karena keputusan Dortmund yang kala itu melepas kedua pemain tersebut ke Bayern, rivalnya itu pun semakin kuat. Kini, Dortmund tak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Mereka takkan mau lagi menjual pemainnya ke Bayern.

Jadi, pemain-pemain seperti Jadon Sancho, Paco Alcacer, dan Marco Reus, dipastikan takkan dijual Dortmund ke Bayern. Semua pemain tersebut bakal mereka pertahankan agar bisa merebut gelar juara Liga Jerman 2018-2019.

Bukan Lampard, Ini Sosok Pengganti Maurizio Sarri di Chelsea

LONDON – Kontrak Maurizio Sarri bersama Chelsea masih tersisa hingga 30 Juni 2020. Akan tetapi, 2018-2019 diyakini sebagai musim pertama dan terakhir kiprah pelatih 60 tahun itu bersama Chelsea.

Sebab, mayoritas petinggi dan pemain Chelsea tak lagi menyukai Sarri. Dipercaya kelar final Liga Eropa 2018-2019 yang mempertemukan Arsenal vs Chelsea pada Kamis 30 Mei 2019 dini hari WIB, Sarri bakal didepak dari jabatannya, terlepas dari hasil yang diterima The Blues –julukan Chelsea.

Maurizio Sarri

Awalnya, nama Frank Lampard (Derby County) mencuat sebagai calon pengganti Sarri. Lampard diketahui sudah paham betul kultur Chelsea sehingga layak menggantikan posisi Sarri.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, nama Lampard sebagai calon pelatih Chelsea justru menguap. Seperti diberitakan London Evening Standard, Kamis (23/5/2019), Chelsea kini sedang mendekati pelatih Paris Saint-Germain (PSG), Thomas Tuchel.

Kontrak Tuchel bersama PSG memang masih tersisa hingga 30 Juni 2020, namun pelatih asal Jerman itu dipercaya bakal dipecat manajemen Les Parisiens –julukan PSG– akhir musim ini. Sebab, Tuchel hanya membawa PSG menjuarai Liga Prancis dan gagal total di ajang Liga Champions, setelah tersingkir di babak 16 besar.

Thomas Tuchel

(Tuchel calon pelatih Chelsea musim depan)

Lantas, mengapa Chelsea kepincut Tuchel alih-alih Lampard? Secara pengalaman dan pemahaman taktik, Tuchel dipercaya jauh lebih kaya ketimbang Lampard. Ditambah lagi, gaya melatih Tuchel identik dengan Jurgen Klopp (Liverpool) yang kini menjadi buruan klub-klub top Eropa.

Chiellini Yakin Allegri Akan Kembali ke Juventus : Okezone Bola

TURIN – Kapten Juventus, Giorgio Chiellini, mengaku akan merindukan sosok Massimiliano Allegri di bangku cadangan mulai musim depan. Namun, ia yakin pelatih berusia 51 tahun itu suatu saat akan kembali ke Juventus.

Seperti diketahui, Juventus dan Massimiliano Allegri sepakat untuk berpisah pada akhir musim 2018-2019. Padahal, kontrak pelatih berkebangsaan Italia itu masih berlaku hingga akhir Juni 2021. Sang pelatih menyebut keputusan itu diambil demi kebaikan klub.

Chiellini yakin dirinya akan merindukan sosok Massimiliano Allegri. Jasa besarnya kepada Juventus tidak akan dilupakan begitu saja, termasuk oleh para penggemar. Ia memprediksi pelatih asal Livorno itu bakal kembali ke klub di masa depan.

Massimiliano Allegri

“Allegri? Dia sudah memberikan banyak hal untuk Juventus dan akan diingat. Kami harus berterima kasih kepadanya dan kemudian Juventus akan terus melangkah maju seperti biasa,” kata Giorgio Chiellini, disitat dari Calciomercato, Selasa (22/5/2019).

“Dia punya kualitas luar biasa, seorang pria yang selalu bersikap positif. Dia akan dirindukan oleh banyak pihak di Juventus. Mungkin di masa depan, dia akan kembali,” imbuh pemain belakang berusia 34 tahun tersebut.

Giorgio Chiellini

Juventus sendiri hingga kini belum menunjuk sosok yang akan menggantikan Allegri. Simone Inzaghi muncul sebagai kandidat terkuat setelah Pep Guardiola dan Didier Deschamps menolak untuk menjadi peracik strategi bagi Giorgio Chiellini dan kawan-kawan musim depan.

Sepupu Tegaskan Pochettino Berpotensi Latih Juventus

MADRID – Sepupu Mauricio Pochettino, Daniele Pocchetino, mengatakan sang saudara memiliki peluang yang sangat besar untuk mengarsiteki Juventus musim depan. Dalam pandangan Daniele, Pochettino memiliki segalanya yang dibutuhkan untuk ditunjuk sebagai juru taktik Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan.

Kesuksesan mengangkat performa Tottenham Hotspur dalam beberapa musim terakhir, nyatanya meningkatkan daya jual Pochettino. Pelatih asal Argentina itu sempat masuk radar Manchester United dan Real Madrid.

Mauricio Pochettino

Namun, semua tawaran di atas ditolak presiden Tottenham, Daniel Levy. Setelah Man United dan Madrid, ketertarikan kini datang dari tubuh si Nyonya Tua yang sedang mencari sosok pelatih pengganti Massimiliano Allegri.

Manajemen Juventus tertarik kepada Pochettino yang meloloskan The Lilywhites –julukan Tottenham– ke final Liga Champions 2018-2019. Jika Pochettino membawa Tottenham menjadi kampiun Liga Champions, keinginan Juventus mendapatkan pelatih jawara semakin mendekati kenyataan.

Sebab, Juventus saat ini tengah mencari pelatih yang berpengalaman memenangi trofi Liga Champions. Hal itu karena sudah lama Juventus tidak menjadi yang terbaik di Liga Champions, atau terakhir kali pada 1995-1996.

Mauricio Pochettino

“Pochettino menggantikan posisi Allegri di Juventus? Saya pikir itu sesuatu yang sangat mungkin. Mauricio (Pochettino) menunjukkan dirinya pantas disebut sebagai pelatih luar biasa, berkat kesuksesannya membawa Tottenham lolos ke final Liga Champions,” kata Daniele mengutip dari Calciomercato, Selasa (21/5/2019).

Kylian Mbappe Beri Sinyal Hengkang dari PSG

PARIS – Bursa transfer musim panas 2019 bisa saja diramaikan dengan isu kepindahan Kylian Mbappe-Lottin dari Paris Saint-Germain (PSG). Sebab, penyerang berusia 20 tahun itu seperti memberi pertanda untuk mencari tantangan baru di luar Prancis.

Pada malam penganugerahan Pemain Terbaik versi Pesepakbola Prancis (UNFP), Kylian Mbappe menyinggung masalah titik balik dalam kariernya. Pria kelahiran Bondy itu menginginkan adanya tanggung jawab yang lebih besar di usia yang masih muda.

Tentu saja perkataan tersebut langsung memicu spekulasi bahwa Kylian Mbappe ingin hengkang dari PSG. Ketika disinggung oleh awak media, pemain berjuluk Le Petit Obama itu mengaku paham dengan pesan tersirat yang diucapkannya.

Kylian Mbappe

“Menurut saya ini momen yang sangat penting karena saya merasa sedang mencapai titik balik pertama atau kedua dalam karier. Saya sudah mendapat banyak hal di sini dan merasa mungkin sudah waktunya mendapat tanggung jawab lebih besar,” tutur Kylian Mbappe dalam pidatonya, mengutip dari ESPN, Senin (20/5/2019).

“Saya berharap tanggung jawab itu ada bersama PSG, yang pastinya akan memberi saya kehormatan besar, atau mungkin di tempat lain dengan proyek baru,” imbuh mantan pemain AS Monaco tersebut.

Kylian Mbappe

Pada kesempatan tersebut, Kylian Mbappe menyabet dua penghargaan sekaligus, yakni Pemain Terbaik dan Pemain Muda Terbaik Liga Prancis versi pilihan rekan sesama pesepakbola. Namanya juga tercantum dalam susunan 11 pemain terbaik bersama lima rekan setimnya di PSG, yaitu Neymar, Angel Di Maria, Marco Verratti, Thiago Silva, dan Marquinhos.

Guardiola Siap Buat Man City Kian Garang Musim Depan

LONDON – Manchester City berhasil mengakhiri gelaran musim 2018-2019 dengan begitu manis. Mereka berhasil merengkuh tiga gelar juara yang didapat dari ajang Liga Inggris, Piala Liga Inggris, dan Piala FA. Melihat hasil ini, pelatih Man City, Josep Guardiola, belum sepenuhnya merasa puas. Ia ingin Man City bisa tampil lebih garang lagi pada musim depan.

Pernyataan ini diutarakan Guardiola usai Man City memastikan diri keluar sebagai kampiun di ajang Piala FA 2018-2019. Pada partai final yang digelar di Stadion Wembley, Sabtu 18 Mei 2019 malam WIB itu, Man City berhasil menumbangkan Watford dengan skor telak 6-0. Hasil ini pun membawa Man City memastikan diri merengkuh treble winner musim ini.

Josep Guardiola

Meski telah tampil fantastis, Guardiola merasa masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki di skuad Man City. Sebab, beberapa pemainnya dinilai masih kerap kali melakukan kesalahan yang berakibat buruk pada hasil akhir yang didapat Man City.

Guardiola pun mengisyaratkan bakal membenahi seluruh kekurangan ini saat jendela transfer musim panas 2019 resmi dibuka. Ia menantikan kehadiran pemain-pemain baru yang dipercaya bisa memberi angin segar kepada Man City agar bisa bersaing lebih tangguh lagi di berbagai kompetisi.

Josep Guardiola

“Untuk penampilan secara individu, beberapa kesalahan diulangi oleh beberapa pemain. Hal ini tentu saja harus mereka perbaiki. Mungkin beberapa pemain lainnya akan datang untuk membantu cara kami bermain di musim depan,” ujar Guardiola, sebagaimana dikutip dari Goal, Minggu (19/5/2019).

“Kami tidak bisa melupakan kemenangan di Liga Inggris dengan hanya unggul satu poin dari Liverpool. Jarak kami tak terlampau jauh. Saya katakan kemarin, Liverpool menunjukkan betapa sulitnya liga ini. Mereka memperlihatkan standar lawan yang kami hadapi. Karena itu, kami berusaha meningkatkan diri. Tetapi dalam permainan, Anda selalu dapat meningkatkan diri demi mengatakan saya lebih dari puas,” tukasnya.

(dji)

GRATIS! Uji kesiapanmu menghadapi SBMPTN 2019 di Tryout SBMPTN Online 2019. Daftar dan login DI SINI

Begini Awal Mula Karier Sepakbola Thierry Henry

THIERRY Henry adalah salah satu pesepakbola legenda asal Prancis yang bisa dikatakan mengawali kariernya dengan mulus. Meski lahir di lingkungan yang keras, yakni di Les Ulis, Essonne, Prancis, namun Henry selalu menemukan jalan untuk bisa menjadi seorang pesepakbola profesional.

Henry kecil sebenarnya tak terlalu bermimpi untuk menjadi pesepakbola, bahkan mungkin tak tertarik. Akan tetapi berkat dorongan sang ayah, Antoine, Henry pun akhirnya terjun ke dunia sepakbola. Antoine sejak awal memang menginginkan anaknya itu fokus di dunia olahraga, salah satunya adalah sepakbola.

Langkah pertama yang dilakukan Antoine kepada Henry adalah dengan memasukkannya ke laga-laga lokal yang dekat dengan tempat tinggal mereka. Sejak dari situ, Henry mulai terlibat banyak pertandingan dan akhirnya masuk ke tim junior CO Les Ulis dan Palaiseau. Lalu ketika Henry berusia 13 tahun, ia pun bergabung dengan Viry-Chatillon U-15.

Thierry Henry

Perjalanan karier Henry untuk menjadi pesepakbola profesional sempat terhambat karena orangtuanya bercerai. Ibunda Henry, Maryse, pun menjadi pemenang atas hak asuh pemain yang kemudian menjadi legenda Arsenal tersebut.

Henry lantas dibawa Maryse ke luar kota dan mencoba membuat anaknya tersebut untuk fokus menjalani pendidikan formal. Namun, karena merasa tidak cocok belajar, Henry pun pada akhirnya kembali fokus untuk menjadi pesepakbola.

Setelah tak lagi berada di Chatillon, Henry mencoba peruntungannya bersama FC Versailles di 1992. Namun, tak selang berapa lama akhirnya Henry dilirik oleh AS Monaco dan bergabung dengan tim yang saat itu dilatih oleh Arsene Wenger. Tapi, Henry masih bermain di Monaco U-19. Baru pada 1994, Wenger menariknya ke skuad utama Monaco.

Thierry Henry

Wenger kala itu menempatkan Henry sebagai pemain sayap kiri. Namun, taktik itu gagal karena Monaco kalah 0-2 dari Nice. Selama beberapa musimnya di Monaco, Henry masih belum menemukan posisi terbaiknya, namun ia berhasil meraih beberapa gelar juara, seperti Liga Prancis 1996-1997, Pemain Muda Terbaik 1996, hingga membuat Monaco ke babak semifinal Liga Champions 1997-1998. Di tahun itu pun Henry membantu Tim Nasional (Timnas) Prancis menjuarai Piala Dunia 1998.

Penampilan Henry kian hari kian menanjak, maka tak heran ia dilirik tim lain. Juventus menjadi tim yang paling tertarik kala itu dan berhasil memboyong Henry pada Januari 1999 silam. Namun, di Juventus Henry hanya bertahan satu musim saja. Ia pun memilih untuk kembali bereuni dengan Wenger yang sedang melatih di Arsenal pada musim panas 1999.

Thierry Henry

Bersama tim berjuluk The Gunners –julukan Arsenal– itulah Henry meraih karier terbaiknya. Ia bertahan di klub asal London itu hingga musim 2006-2007. Hal itu karena pada 2007-2008 Henry memilih untuk gabung Barcelona. Dari Barcelona, Henry sempat pindah ke New York Red Bulls, bahkan pernah kembali lagi ke Arsenal dengan status pinjaman. Namun, pada akhirnya pemain kelahiran 17 Agustus 1977 itu memilih NY Red Buls sebagai klub terakhirnya di dunia sepakbola.

Lupakan Hasil Buruk, Solskjaer Ancang-Ancang Hadapi Musim Depan

MANCHESTER – Pelatih Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, tak ingin berlarut-larut dengan keterpurukan timnya usai mengakhiri hasil buruk pada kompetisi musim 2018-2019. Ia pun ingin segera move on dan mulai bersiap untuk membangun skuad terbaik pada musim depan.

Meski pada awal penunjukkan Solskjaer sebagai pelatih sementara menuai pujian, tetapi hal tersebut tidak terjadi pada akhir musim. Setelah memenangkan 14 dari 17 pertandingan yang dijalani Man United, Solskjaer ditetapkan sebagai pelatih permanen.

Ole Gunnar Solskjaer (Foto: Twitter Premier League)

Akan tetapi, kegagalan demi kegagalan muncul setelah ia ditunjuk sebagai pelatih tetap. Alhasil Man United pun harus puas menempati posisi keenam klasemen akhir setelah sempat berjuang untuk menembus posisi empat besar.

Kini, Solskjaer tak bisa berdiam diri. Musim depan akan menjadi kesempatan baginya untuk membentuk tim terbaiknya sejak dini. Ia pun menegaskan diri untuk memulai menetapkan target dan semangat yang sama untuk menghadapi kompetisi musim 2019-2020.

“Saya tidak bisa menunggu karena ini awal yang baru. Kami menetapkan target, menyelaraskan ambisi kami dan kami akan bekerja bersama serta menyetujui prinsip-prinsip tertentu,” ungkap Solskjaer, mengutip dari Sportsmole, Jumat (17/5/2019).

Ole Gunnar Solskjaer (Foto: Twitter Premier League)

“Kami bersama-sama harus bersepakat tentang bagaimana kami akan melakukan hal-hal tertentu untuk memperbaiki budaya. Kami ingin semua pemain fit ketika musim dimulai. Kami tidak ingin kehilangan siapa pun karena cedera,” tambahnya.

“Tetapi ada sejumlah prinsip tertentu untuk mengatakan ‘ini adalah cara kami ingin bermain’ dan kami dapat menyetujui, dan menemukan sistem yang membuat kami merasa nyaman dan pergi dari sana,” pungkasnya.