Ini Hal Positif yang Dipetik Milner dari Laga Barcelona vs Liverpool

BARCELONA – Liverpool harus rela pulang ke Inggris dengan tangan hampa lantaran gagal meraih kemenangan dari Barcelona di leg I semifinal Liga Champions 2018-2019, pada Kamis (2/5/2019) dini hari WIB. Perjalanan jauh mereka ke Stadion Camp Nou justru menghasilkan kenangan pahit lantaran Liverpool kalah 0-3.

Akan tetapi dari sekian banyak hal yang menyedihkan itu, gelandang Liverpool, James Milner, mengaku berhasil memetik hal positif dari kekalahan mereka atas Blaugrana –julukan Barcelona. Hal positif yang berhasil dirasakan Milner itu adalah ia menilai permainan Liverpool sangat bagus.

Seperti halnya Liverpool mampu memberikan tekanan yang berarti untuk Barcelona, di mana hampir 53% penguasaan bola berhasil dikuasai oleh The Reds –julukan Liverpool. Tendangan yang dilancarkan Liverpool pun sedikit lebih banyak ketimbang tim tuan rumah. Hal-hal itu dirasa Milner sudah membuktikan timnya mampu memainkan permainan yang baik.

Kendati begitu nyatanya Liverpool tetap kalah. Hal itulah yang sungguh membuat Milner merasa kecewa. Pasalnya ia menilai Liverpool sudah bermain sangat baik dengan banyak menciptakan peluang. Namun semua kesempatan itu terbuang begitu saja dan gagal menjadi satu gol pun.

“Menurut saya pada tahap kompetisi seperti ini maka sebuah hasil tentu menjadi satu-satunya hal yang sangat terpenting. Mungkin kami dapat menyenangkan hati kami dengan berhasil menciptakan beberapa peluang dan seharusnya kami bisa menjadikan gol dari kesempatan itu. Akan tetapi nyatanya hal itu tak terjadi. Kami hanya bisa bangga dengan cara kami bermain saja,” terang Milner, melansir dari laman resmi UEFA, Kamis (2/5/2019).

Dengan kekalahan 0-3 dari Barcelona itu, Milner pun sadar sangat sulit bagi Liverpool untuk bisa bermain di Stadion Anfiled nanti. Namun tim asuhan Jurgen Klopp itu masih memiliki waktu untuk membenahi diri sebelum laga leg II semifinal Liga Champions 2018-2019, pada Rabu 8 Mei 2019, berlangsung.

Kecewa terhadap De Gea, Man United Tebus Klausul Lepas Oblak : Okezone Bola

MANCHESTER – Manchester United dilaporkan siap melepas David de Gea pada bursa transfer musim panas 2019. Seperti diberitakan Calciomercato, Selasa (30/4/2019), hal itu terlihat dari keinginan Man United mendatangkan penjaga gawang Atletico Madrid, Jan Oblak.

Bahkan demi mendapatkan kiper berpaspor Slovenia tersebut, Man United berani mengeluarkan 120 juta euro atau sekira Rp1,9 triliun. Nominal tersebut merupakan klausul lepas Oblak saat ini bersama Atletico.

Jan Oblak

Beberapa hari yang lalu, Oblak baru saja memperpanjang kontrak dan membuatnya terikat di Atletico hingga 30 Juni 2023. Kesepakatan itu otomatis menaikkan klausul lepas Oblak, dari yang awalnya 100 menjadi 120 juta euro.

Harga di atas sangatlah tinggi, namun sebanding dengan kualitas yang dapat diberikan Oblak kepada Man United. Musim ini saja, Oblak hanya kemasukan 23 gol dari 34 pertandingan di Liga Spanyol 2018-2019. Dari 34 pertandingan itu, eks kiper Benfica itu mencatatkan 20 clean sheet!

Karena itu, Oblak bisa dibilang sosok tepat untuk menggantikan De Gea yang kontraknya bersama Man United habis akhir musim ini. De Gea sendiri menjadi sorotan karena membuat blunder dalam empat laga terakhir bersama Man United.

David De Gea

Terbaru, ia gagal mengantisipasi secara sempurna tembakan jarak jauh bek Chelsea, Antonio Rudiger. Alhasil, bola menjadi liar dan berhasil dieksekusi menjadi gol oleh fullback Chelsea, Marcos Alonso.

Meski Menang, Ten Hag Tetap Waspadai Tottenham di Leg II

LONDON – Pelatih Ajax Amsterdam, Erik ten Hag, mengaku tetap akan mewaspadai Tottenham Hotspur di leg II babak semifinal Liga Champions 2018-2019 nanti. Meski di leg pertamanya Ajax mampu menang dengan skor 1-0, namun Ten Hag percaya Tottenham bakal lebih berbahaya di pertemuan kedua mereka, yang mana akan berlangsung pada Kamis 9 Mei 2019 mendatang.

Kewaspadaan itu muncul karena Ten Hag yakin Tottenham sudah memahami permainan Ajax. Seperti yang terjadi di di leg I, pada Rabu (1/5/2019) dini hari tadi, tepatnya ketika di babak kedua, Ten Hag merasa Tottenham mulai bisa menekan permainan Ajax sehingga Matthis de Ligt dan kawan-kawan kesulitan untuk menyerang.

Hal tersebut jelas berbanding terbaik dengan apa yang terjadi di babak pertama, di mana Ajax bisa dikatakan menguasai jalannya pertandingan. Gol semata wayang di laga tersebut pun terjadi di babak pertama, tepatnya pada menit ke-15 yang diciptakan oleh Donny van de Beek.

Hal itulah yang membuat Ten Hag berharap Ajax tak sedikit pun mengendurkan fokusnya saat menghadapi The Lilywhites –julukan Tottenham– nanti. Meskipun pada leg kedua tersebut Ajax bakal tampil di kandang sendiri, yakni Johan Cruyff Arena, namun Ten Hag percaya laga itu bakal berlangsung sulit.

“Di babak pertama, kami telah memainkan sepakbola yang sangat bagus. Namun kami tidak mengantisipasi dengan baik setelah pergantian pemain (di babak kedua). Kami tidak mampu menjaga bola. Tottenham memilih gaya yang lebih oportunistik dan butuh banyak kekuatan untuk tetap dipertahankan,” kata Ten Hag, melansir dari Sportskeeda, Rabu (1/5/2019).

“Saya yakin Tottenham telah mendapatkan wawasan (tentang Ajax) dari pertandingan ini, namun begitu pun dengan kami. Kami tahu kami harus melakukan yang lebih baik daripada hari ini sebagai balasannya. Saya sangat puas dengan kemajuan dan pertumbuhan kami. Sangat menyenangkan untuk dilihat,” tukasnya.

Cristiano Ronaldo Terlalu Berlebihan Merawat Fisiknya

Bagi seorang atlet, fisik merupakan aset yang sangat berharga. Itulah mengapa megabintang Juventus, Cristiano Ronaldo, sangat memperhatikan kondisi fisiknya. Hal tersebut bahkan telah dilakukan Ronaldo sejak ia masih remaja. Ronaldo pasalnya sadar kalau fisik yang bagus akan menyokongnya untuk bisa menjadi pemain hebat.

Mantan rekan setim Ronaldo di Sporting Lisbon, Vitali Kutuzov, membeberkan kalau sejak muda CR7 telah melakukan perawatan fisik yang melebihi orang pada umumnya. Bahkan, saking pedulinya, Ronaldo sampai memperhatikan segala perubahan yang terjadi di setiap inci tubuhnya.

Cristiano Ronaldo di Sporting Lisbon

“Dia memiliki perawatan tubuh di atas rata-rata, saya tidak pernah melihat orang seperti itu. Di ruang ganti, dia melepas bajunya dan berdiri di depan cermin untuk waktu yang lama. Dia menganalisis setiap inci tubuhnya: bahu, perut, kaki,” jelas Kutuzov, menukil dari Calcio Mercato, Rabu (1/5/2019).

“Dia menghabiskan banyak waktu di gym, bertanya kepada semua orang bagaimana menjadi lebih kuat. Tapi dia tidak melakukannya untuk sampul majalah, dia ingin menjadi pemain sepakbola yang lebih baik. Wanita? Itu di luar perbincangan kami, di waktu itu kami hanya berbicara tentang sepakbola,” lanjut Kutuzov.

Cristiano Ronaldo

Hingga saat ini, Ronaldo masih menjadi pemain yang sangat memperhatikan kondisi fisiknya. Bahkan, porsi latihan Ronaldo bisa dibilang sudah berada di luar batas kewajaran. Hal itu pernah diungkapkan oleh mantan rekan setim Ronaldo di Manchester United, Patrice Evra. Ia menjelaskan kalau saat di rumah Ronaldo juga melakukan latihan, meski sebelumnya CR7 telah berlatih bersama rekan setimnya di lapangan.

Liverpool dan Man City Cetak Sejarah di Liga Inggris

SIAPA peraih trofi Liga Inggris 2018-2019 belum ditemukan. Hingga kompetisi baru saja melewati pekan 36, Manchester City dan Liverpool masih bersaing ketat. Man City kini duduk di puncak klasemen dengan koleksi 91 poin, unggul satu angka dari Liverpool di tempat kedua.

Meski begitu, Man City dan Liverpool telah mencetak sejarah di Liga Inggris. Pertama kalinya semenjak Liga Inggris berubah format kompetisi pada 1992-1993, ada dua klub yang mengoleksi lebih dari 90 poin dalam satu kompetisi.

Liverpool

Sebelumnya maksimal, hanya ada satu klub yang dapat meraup lebih dari 90 poin dalam satu musim kompetisi. Sebelum musim ini, poin tersengit terjadi pada musim 2011-2012. Saat itu setelah melalui 38 pertandingan, baik Man City dan Manchester United sama-sama meraup 89 poin.

Man City yang tertawa di akhir kompetisi karena unggul selisih gol atas The Red Devils –julukan Man United. Sekarang tinggal menunggu siapa yang akhirnya meraih trofi Liga Inggris 2018-2019.

Meski Man City unggul satu poin, bukan berarti mereka berada di atas angin. Tim asuhan Josep Guardiola wajib memasang kewaspadaan tinggi, mengingat mereka masih dihadapkan dengan kampiun Liga Inggris 2015-2016, Leicester City.

Liverpool

The Foxes –julukan Leicester– dalam motivasi tinggi setelah semalam menghajar Arsenal 3-0. Terlebih, pelatih Leicester adalah Brendan Rodgers yang notabene eks pelatih Liverpool dalam kurun 2012-2015. Disinyalir, Rodgers akan membantu Liverpool meraih trofi Liga Inggris, gelar yang terakhir kali mereka menangi pada 1989-1990.

Lagi, Penghuni 3-6 Klasemen Sementara Liga Inggris 2018-2019 Kompak Gagal Menang

KEJADIAN unik lagi-lagi menimpa penghuni peringkat tiga hingga enam klasemen sementara Liga Inggris 2018-2019, yakni Tottenham Hotspur, Chelsea, Arsenal dan Manchester United. Setelah kompak gagal meraih kemenangan di pekan 35, mereka mengulanginya lagi pada pekan 36 yang berlangsung akhir pekan lalu.

Sama seperti pekan sebelumnya, The Lilywhites –julukan Tottenham– jadi klub pertama yang memulai pertandingan. Di luar dugaan, tim asuhan Mauricio Pochettino yang dijagokan karena bermain di kandang, justru takluk 0-1 dari West Ham United.

Tottenham Hotspur

Kemudian pada Minggu 28 April 2019 malam WIB, Arsenal dibuat bertekuk lutut oleh jawara Liga Inggris 2015-2016, Leicester City, dengan skor 0-3. Bagaimana dengan Man United dan Chelsea? Keduanya saling bertemu semalam.

Setelah melalui 90 menit pertandingan, skor sama kuat 1-1. Melihat kondisi di atas, persaingan finis di posisi tiga dan empat masihlah sengit. Hingga pekan 36, Tottenham duduk di posisi tiga dengan koleksi 70 angka, disusul Chelsea (68), Arsenal (66) dan Man United (65).

Manchester United

Masih ada dua pertandingan tersisa yang dapat dimanfaatkan empat klub di atas untuk finis di posisi tiga dan empat. Menarik menanti siapa yang nantinya menemani Manchester City dan Liverpool untuk menjadi wakil Inggris di Liga Champions 2019-2020.

Bintang Ceres-Negros Ogah Berkarir di Kompetisi Indonesia

Bintang Ceres-Negros, Stephan Schrock, mengaku ogah bermain di kompetisi Indonesia. Dia merasa sudah sangat nyaman memperkuat klub yang dibelanya saat ini.

Schrock sebenarnya pernah nyaris merumput di Indonesia pada musim lalu. Hal itu setelah Madura United mengaku sangat tertarik meminang pemain blasteran Filipina-Jerman itu.

Akan tetapi, isu tersebut menguap begitu saja. Terkait ke depan, Schrock mengaku tak mau bermain di Indonesia. Dia merasa masih sangat nyaman bersama Ceres-Negrso.

“Saya akan berusia 33 tahun sebentar lagi dan saya sangat senang dengan apa yang telah Ceres berikan untuk saya,” ungkap Schrock.

Sebenarnya, masalah gaji di Ceres tak terlalu besar. Dia pernah bicara pada salah satu media kalau gaji bersama Ceres setara Divisi 3 Liga Jerman. Namun, kenyamanan menurutnya sangat berharga ketimbang uang.

Padahal, dengan pengalamannya yang pernah berkarir bersama Hoffenheim dan Eintracht Frankfurt di Bundesliga bisa membuka jalan dia bergabung di klub lebih baik. Namun dia tetap pada pendiriannya, bertahan bersama The Busmen – julukan Ceres – Negros.

“Bagaimana mereka memperlakukan saya dalam tiga tahun terakhir. Dan, bagaimana mereka memerhatikan saya dan keluarga. Saya ingin memberikan timbal balik untuk klub. Saya di sini (Ceres) tak hanya untuk menerima tapi juga memberikan sesuatu,” tutup Schrock.

Ceres-Negros Bukti Sepak Bola Filipina Kini Berkembang Pesat

Ceres-Negros bisa dibilang menjadi bukti bahwa sepak bola Filipina telah berkembang sangat pesat. Mereka bahkan menjadi salah satu tim yang menakutkan di kawasan ASEAN saat ini.

Sejak menjadikan naturalisasi sebagai prioritas, sepak bola Filipina memang begitu berkembang. Dulu, The Azkals – julukan Timnas Filipina, kerap menjadi lumbung gol. Namun, sejak pemain naturalisasi menjamur, mereka menjadi kekuatan baru. Bahkan, Indonesia mulai kesulitan mendominasi saat bersua Filipina. Sejak 2010, Timnas Indonesia sudah tujuh kali bersua dengan Filipina. Indonesia hanya meraih tiga kemenangan, tiga imbang, dan sekali kalah.

Pada level klub, Ceres-Negros dan Kaya FC Iloilo juga menjelma menjadi kekuatan yang menakutkan. Ceres-Negros yang baru dibentuk Januari 2012 sudah menancapkan kukunya di level Asia. Pada 2016, Ceres-Negros berhasil melaju hingga babak 16 besar ajang AFC Cup. Setahun berselang, The Busmen – julukan Ceres-Negros, mampu menembus semifinal interzone, dan tahun lalu berhasil sampai ke final zona ASEAN pada ajang yang sama.

“Kami selalu melakukan yang terbaik. Kalian tahu sepak bola Filipina agak kesulitan berkembang pada dua tahun terakhir. Setidaknya kami sudah melakukan yang terbaik pada ajang internasional untuk sepak bola Filipina,” ungkap pemain Ceres-Negros yang juga penggawa Timnas Filipina, Stephan Schrock, saat ditemui JawaPos.com usai laga kontra Persija di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Selasa (23/4) sore WIB.

Schrock merupakan salah satu pemain yang dinaturalisasi Filipina. Dia memiliki segudang pengalaman sepak bola Eropa yakni memperkuat klub-klub Bundesliga seperti Hoffenheim dan Eintracht Frankfurt.

“Kami memang terbebani membawa nama baik sepak bola Filipina. Bukan hanya di sini, tetapi juga di timnas. Saya pikir langkah termudah untuk sepak bola Filipina adalah melalui ajang antarklub Asia. Saat ini kami menjadi harapan,” tutup Schrock.

Masuk Daftar 100 Orang Berpegaruh di Dunia, Salah Kalahkan Ronaldo dan Messi

Sosok Mohamed Salah tak hanya berinar di atas lapangan hijau. Pemain Liverpool asal Mesir tersebut nyatanya juga memberikan pengaruh besar terhadap orang-orang di berbagai penjuru dunia.

Hal ini diketahui setelah Salah masuk daftar 100 orang berpengaruh di dunia versi majalah Time. Dalam hal ini, dirinya sukses mengalahkan dua pemain terbaik yaitu Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.

“Mo Salah merupakan manusia yang lebih baik dan dia salah satu pemain sepak bola terhebat di dunia,” tulis John Oliver, komedian yang juga penggemar Liverpool.

Salah bukan satu-satunya olahragawan yang masuk daftar ini. Dirinya ada bersama LeBron James (bola basket), Tiger Woods (golf), Caster Semenya (atletik), dan Alex Morgan (sepak bola).

“Anda akan kesulitan menemukan atlet profesional seperti Mo Salah. Dia tidak terpengaruh kesuksesan atau statusnya (sebagai pemain besar) sebab saya tidak bisa membayangkan jenis tekanan yang datang dengan intensitas pemujaan yang diterimanya,” ulas Oliver.

“Mo merupakan ikon sepak bola Mesir. Dia seseorang yang memiliki sikap rendah hati, bijaksana, lucu, dan tidak menganggap ini semua serius. Saya selalu bertanya-tanya bagaimana caranya dia bisa bermain sebaik itu,” pungkasnya.

Buntut Kekalahan MU, Ashley Young Jadi Korban Pelecehan Rasis

Ashley Young jadi bahan olok-olokan netizen saat Manchester United dikalahkan Barcelona pada leg kedua babak perempat final Liga Champions. Young dinilai tampil buruk dan dia dianggap sebagai biang kekalahan Setan Merah.

Sang pemain ditunjuk menjadi kapten tim dalam laga tersebut. Namun sayang, Young tak bisa memimpin timnya untuk meraih kemenangan. Tampil di Estadio Camp Nou, Rabu (17/4) dini hari WIB, MU dibantai tiga gol tanpa balas.

Selepas laga, banyak komentar negatif yang ditujukan untuk pemain 33 tahun ini. Bahkan tak sedikit yang menjurus ke pelecehan rasis.

“Manchester United benar-benar mengutuk komentar rasis yang diposting di media sosial. Kami berupaya mengidentifikasi individu yang terlibat hal ini dan kami akan mengambil tindakan sekeras mungkin,” tegas pernyataan resmi klub.

Young bukanlah pemain pertama yang mengalami pelecehan rasis. Beberapa pemain sudah pernah menjadi korban contohnya Mario Balotelli, Dani Alves, Sulley Muntari, dan Kalidou Koulibaly.

Kabarnya Twitter akan lebih ketat memantau postingan-postingan bernada sarkasme. Dalam hal ini mereka bekerja sama dengan lembaga anti rasis, Kick It Out.