Tempaan Keluarga buat Timo Werner Jadi Sosok Sederhana : Okezone Bola

BAGI sebagian masyarakat Asia, terutama Indonesia, Timo Werner bisa saja dianggap sebagai anak haram. Betapa tidak, pria kelahiran 6 Maret 1996 itu terlahir dari sepasang laki-laki dan perempuan dewasa yang tidak terikat hubungan pernikahan, bahkan hingga saat ini.

Sang ayah, Gunther Schuh, dan ibunya Sabine Werner tidak menikah atau hanya hidup bersama. Meski begitu, itu tidak membuat Werner tumbuh sebagai anak yang nakal. Sebaliknya, Timo Werner dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh kedua orangtuanya hingga menjadi pesepakbola seperti sekarang ini.

Timo Werner

(Werner saat membela Sttutgart)

Gunter Schuh berprofesi sebagai pesepakbola meski tidak terlalu terkenal. Ketika mengetahui putranya mencintai permainan menyepak si kulit bundar, ia bersama Sabine membuat kesepakatan. Timo Werner boleh mengasah kemampuan sebagai pesepakbola asalkan tetap menempuh pendidikan.

Syarat tersebut dipenuhi dengan baik oleh Timo Werner. Sembari bersekolah, ia dan Gunther kerap terlihat melatih fisik dan stamina dengan cara berlari naik turun gunung. Tempaan itu berhasil membuatnya menjadi pemain yang dikenal memiliki lari kencang di lapangan rumput.

Didikan keluarga benar-benar mengena buat Timo Werner. Gunther dan Sabine mendidiknya untuk menjadi anak yang rendah hati dan sederhana. Hal itu tercermin dari ucapan sang pemain sendiri soal kehidupannya di luar lapangan sepakbola.

Infografis Timo Werner

“Ketika bersama keluarga dan teman-teman, saya bukan Timo Werner si pesepakbola. Saya hanya Timo, anak laki-laki yang rendah hati, teman, hanya seorang normal. Jika saya berbuat salah, mereka tidak segan menegur saya,” ujar Timo Werner, disitat dari Life Bogger.

Karier pemain berjulukan Timo Turbo itu ternyata jauh lebih mengilap dari sang ayah. Kini, Timo Werner sudah berlaga di kasta teratas Liga Jerman bersama RB Leipzig. Sedikit banyak, tempaan sang ayah benar-benar berguna bagi Wener sebagai pesepakbola profesional.

Julukan Turbo itu diberikan oleh media-media Jerman karena larinya yang sangat cepat, yaitu 11,11 detik untuk 100 meter. Kecepatan itu diperoleh dari hasil lari naik turun gunung bersama sang ayah ketika muda.